PERANAN CENDANA DALAM PEREKONOMIAN NTT: DULU DAN KINI

Herman H Banoet
| Abstract views: 937 | PDF views: 3236

Abstract

Berbagai stigma diberikan untuk cendana (Santalum album L.) berhubungan dengan status dan perlakuan terhadap komoditi tersebut, seperti kayu setan (hau nitu), kayu perkara (hau lasi) dan kayu pemerintah (hau plenat). Penghitungan terhadap produksi cendana dalam kurun waktu 28 tahun (1969-1997) cukup fluktuatif, dengan rataan sebesar 606.000 kg per tahun. Sementara nilai jualnya bervariasi, tergantung dari klasifikasi kayu, yaitu antara Rp. 1.000 (untuk gubal) hingga Rp. 118.000 (untuk kelas A). Perdagangan tersebut telah memberikan kontribusi kepada PAD (Pendapatan Asli Daerah) NTT dalam kurun waktu 8 tahun (1990-1998) dengan rataan sebesar Rp. 4.071.000.000 setiap tahun. Mengingat perdagangan cendana memiliki nilai ekonomi, baik bagi Pemerintah Daerah, masyarakat maupun industri/pedagang cendana, maka diperlukan pokok-pokok pikiran strategis bagi pengembangan dan pengelolaan cendana di masa mendatang.

Keywords

Cendana (Santalum album L.), Pemerintah Daerah NTT, perekonomiaan, produksi, PAD, pengembangan, pengelolaan.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.